Wednesday, April 19, 2017

KAPOKMU KAPAN

Aku mencoba memahami bagaimana cara Panjul bekerja, sepertinya dia pekerja keras, tampang serius, bicaranya seperti pakar, macake mirip akuntan, dan jangan tanya bagaimana Panjul bergaya. Itu talbis-nya, penampakan fisik yang dihubungkan atau dicitrakan dengan probabilitas kompetensi kerjanya. Bisa jadi Panjul adalah ahlinya talbis, di Dukuh Pakis itu semua orang menjuluki nya Sang Pakar. Setiap warga yang menghadapi masalah selalu meminta fatwa Panjul, bahkan saat warga setengah percaya pun dengan fatwanya, mereka masih akan menyebut fatwa Panjul sebagai refernsi saat meminta opini dari Pak Lurah. Edyaaan kan....Panjul itu tokoh meskipun bukan pejabat.

Saat ini realita berkata lain, Panjul dan teman-teman sejawatnya sedang tersandung masalah. Merekan sebagai buruh panen telah lupa memanen Kelapa di Kebun Tegalan. Mandor marah besar karena banyak Kelapa turun kualitasnya karena terlambat dipanen. Tim investigasi bentukan Sang Mandor sudah menghitung berapa Kelapa dan dari Pohon yang mana yang harus dipanen. Mandor meminta penjelasan Panjul dan kawan-kawannya atas masalah ini. Mandor sampai terheran-heran, tahun lalu kita juga melewatkan masa puncak panen, dan terpaksa Panjul dan kawan-kawan harus diberi sanksi peringatan tertulis. 

Semua temannya menunggu fatwa Panjul. "Yang dibutuhkan hanya keterangan kita kok boss, alasan kenapa kita belum memanen pohon kelapa di kebun Tegalan itu." Panjul mencoba menenangkan koleganya sesama pemetik buah. "Tapi menurutku, Pak Mandor harusnya memberi tahu kita kalo Kebun Tegalan buahnya sudah siap panen, bukan kita yang harus bolak-balik tiap hari ngawasin kebon. Pak Mandor kan sudah bikin sistem online, harusnya kapan Kebun Tegalan bisa panen bisa diketahui, dan Mandor langsung mengingatkan kita" tambahnya menjustifikasi. Gandung yang dari tadi sudah menunggu fatwa Panjul menunjuk tangan, "Kang Panjul, kira-kira gaji kita bakal dipotong lagi seperti tahun lalu ora Kang? Tahun lalu aku kena potong dua ratus ribu gara-gara dua ratus pohon kelapa yang di Kebun Ngalas kesuwen sing manen". Panjul pun berdiri, "Aku mau ngadep Mandor, ini sudah dholim, kita sudah kerja keras siang malam, hanya gara-gara kesalahan ini mosok kita jadi dianggap tidak kompeten, ini harus diprotes" ujarnya sembari beringsut menuju parkiran motor.

.....................Bersambung.......................


Tuesday, April 18, 2017

DIAM SAJA

Hentikan saja seruanmu itu
Suaramu sudah parau
Percuma saja.....percuma
Telinga mereka sedah menjadi tulya
Tak mampu dengar suara apalagi rasa

Suaramu merdu
Lagumu syahdu
Jogetmu mendayu
Tak elok bagi netra dan grahita yang sudah tuna
Tak apik bagi logika yang terbalik

Meskipun telinga sebesar anjana
Meskipun mata setajam pedang
Qalbu sudah agna
Hambar tak berasa

Diam saja...
Putarlah langgammu
Nyanyikan lagumu
Ayunkan kakimu....menarilah dibawah purnama


Monday, April 17, 2017

Jogja Kembali

Kawan....
Hentikan dulu bertapamu
Kawan....
Simpanlah dulu cangkulmu
Kawan.....
Asahlah pedangmu itu
Hitung lekuk kerismu
Lantas maju......

Jahit dan rawat kembali bendera yang terkoyak
Bukan....itu bukan salahmu kawan....
Badai petir dari timur telah merobek-robek benderamu....bendera kita
Yaaa....itu badai yang sama kawan...
Yang dulu pernah menimpa kakek nenek kita
Yang dulu juga telah merobek-robek bendera kita

Kawan....
Kibarkan kembali bendera itu dengan gagah perkasa
Kibarkan setinggi-tingginya hingga semua bangsa bisa melihat
Yaaa...mereka akan gemetar kawan...
Mereka akan ingat itu bendera yang dulu ditakuti kakek neneknya
Itu bendera yang dulu menjadi perbincangan semua bangsa

Setelah usai kau kibarkan bendera kita
Kembalilah lagi ke Jogja....
Kembalilah ke Ibumu....Ibu kita
Karena ke Jogja kita akan kembali