Tuesday, December 29, 2015

DURIAN RUNTUH



Kata terpopuler dipikiran saya hari ini adalah “durian runtuh”. Makna istilah “mendapat durian runtuh” yang saya tahu adalah mendapatkan keuntungan tanpa perlu bersusah payah, berdarah-darah, atau bercucur keringat. Ada juga sumber lain yang mengartikan sebagai memperoleh keuntungan dengan tidak disangka-sangka. Kata “durian” diartikan sebagai keuntungan dan kata “runtuh” diartikan sebagai sesuatu yang tidak diperkirakan sebelumnya. Buah durian yang jatuh dari pohon atau masak pohon memang rasanya lebih enak dari pada durian yang dipetik dan diperam hingga masak. Aromanya pun lebih kuat durian yang masak pohon dibandingkan dengan durian hasil peraman. Selain itu, buah durian juga dikenal sebagai buah dengan nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Mungkin itulah musabab kata durian digunakan untuk menggambarkan keberuntungan yang besar yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Terlepas dari maksud durian runtuh sebagai istilah, apa jadinya jika ada pohon durian yang anda tanam, rawat, beri pupuk, dijaga dari hama dan gulma, kemudian anda tunggu berbuah hingga buah itu masak pohon dan anda tunggu hingga durian itu jatuh sambil berharap-harap buah durian itu tidak lebih dahulu dimakan hewan atau ulat, apakah durian yang jatuh itu masih akan dianggap sebagai keberuntungan?. Apakah tenaga, biaya, pikiran, do’a, keringat, waktu, bahkan darah yang kira curahkan untuk merawat pokok durian hingga ia berbuah tidak dimaknai sebagi ihktiar?. Petani durian pasti tidak setuju jika setiap durian yang jatuh di kebunnya dianggap diperoleh tanpa usaha, tanpa susah payah. Pokok durian itu tidak serta merta tumbuh, berbuah, masak pohon, dan jatuh dengan sendirinya di kebunnya. Ada proses yang harus dilakukan, ada waktu yang harus dinantikan, dan mungkin ada biaya yang harus dikeluarkan. Tapi bagaimana bila tetangga, saudara, atau orang lain menganggap pokok durian yang berbuah nan nikmat di kebunnya itu dianggap diperoleh tanpa upaya? Dia serta merta ada tanpa perlu usaha? Jawabnya...yaa sudah laaah.
Begitulah adanya, terkadang orang lain melihat kita hanya pada apa yang kita peroleh saat ini. Orang lain tidak akan melihat bagaimana proses memperoleh capaian kita, karena itu pasti bukan sesuatu yang menarik. Banyak kisah tentang bagaimana seorang konglomerat memulai usahanya, bertahun-tahun hidup prihatin, mengalami berulang kali kebangkrutan, menghadapi bermacam tekanan dan hinaan, hingga dia pantang menyerah dan akhirnya mendapat apa yang diinginkan.